Goyage,Tolikara — Dalam semangat kebersamaan dan kasih pelayanan, Jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Restu Kungguraluk menggelar kegiatan Makan Sumbang berupa bakar batu jagung sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pembangunan gedung Sekolah Minggu baru yang sedang dikerjakan di kungguralu,Goyage,16/10/2025.
Suasana penuh sukacita dan kebersamaan tampak mewarnai halaman Gereja GIDI Restu Kungguraluk, Klasis Goyage, Wilayah Toli, saat warga jemaat, tokoh masyarakat, dan para undangan dari berbagai kalangan berkumpul untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Aroma harum batu panas yang membakar jagung hasil kebun warga menjadi saksi semangat gotong royong umat Tuhan yang tak pernah padam di Tanah Goyage.
Kegiatan Makan Sumbang ini merupakan bagian dari upaya penggalangan dana untuk menyelesaikan pembangunan gedung Sekolah Minggu yang sempat tertunda akibat keterbatasan dana dan bahan bangunan.

Panitia menjelaskan, jemaat telah mempersiapkan bahan kayu dan meratakan tanah di lokasi pembangunan, namun masih menghadapi kendala kekurangan material lainnya. Karena itu, panitia bersama jemaat berinisiatif mengadakan acara Makan Sumbang untuk mengajak semua pihak—baik kader, tenaga kesehatan, guru, aparat pemerintah, maupun warga jemaat—bersatu menopang pembangunan ini demi kemuliaan nama Tuhan.
“Kami percaya, jika semua turut memberi dan menopang, pekerjaan Tuhan ini pasti diselesaikan dengan sukacita,” ujar perwakilan panitia penuh haru.

Gereja GIDI Restu Kungguraluk sendiri memiliki nilai sejarah yang tinggi. Jemaat ini merupakan jemaat pusat atau jemaat mula-mula yang pertama kali didirikan oleh para misionaris di wilayah Goyage. Gedung Sekolah Minggu pertamanya dibangun bersamaan dengan gereja pada tahun 1978 menggunakan bahan-bahan sederhana seperti papan hasil tebangan tangan dengan kapak dan tiang kayu buah. Namun, setelah lebih dari empat dekade, bangunan tersebut kini telah rusak dan tidak layak digunakan, sehingga jemaat merasa terpanggil untuk membangun kembali tempat pembinaan iman bagi anak-anak dan remaja.
Gembala Sidang Jemaat Restu Kungguraluk, Pdt. Melkias Yigibalom, menegaskan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar tradisi, melainkan ungkapan kasih dan iman dalam tindakan nyata.
“Sudah lama gereja kami tidak mengadakan bakar batu. Tapi kali ini kami hidupkan kembali tradisi ini karena kami sadar, anak-anak adalah masa depan gereja, masa depan keluarga, dan masa depan Goyage,” ujarnya.
“Melalui kegiatan ini, kami belajar untuk saling menanggung beban, sebagaimana tertulis dalam Galatia 6:2: ‘Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.’”

Sementara itu, Ketua Panitia, Ev. Roni Kogoya, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan tersebut.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten dan Provinsi, para kader, guru, tenaga kesehatan, anggota DPRK, Kepala Distrik, Kepala Desa, serta seluruh jemaat dan masyarakat yang telah hadir serta memberikan dukungan moril dan materiil. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati setiap tangan yang telah memberi dan setiap hati yang telah tergerak untuk pekerjaan mulia ini,” tutupnya penuh syukur.
Kegiatan Makan Sumbang ini menjadi simbol kebangkitan semangat pelayanan dan persaudaraan di tengah jemaat, sekaligus menegaskan bahwa pembangunan iman generasi muda adalah tanggung jawab bersama.
Melalui kasih dan gotong royong, jemaat GIDI Restu Kungguraluk membuktikan bahwa iman yang hidup selalu bekerja melalui perbuatan nyata. (NW/Diskomdigi Tolikara)*












