Respon Pelaku UMKM OAP di Papua Pegunungan atas Bantuan Modal Usaha Gubernur

Ekonomi, Fokus60 Dilihat

Oleh: Dr. Imanuel Gurik, SE., M.Ec.Dev
Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan SDM
Setda Kabupaten Tolikara

Bantuan modal usaha sebesar Rp36,9 miliar yang disalurkan Gubernur Papua Pegunungan kepada pelaku UMKM Orang Asli Papua (OAP) telah menyalakan kembali harapan yang lama terpendam di delapan kabupaten pegunungan. Kebijakan ini bukan sekadar program ekonomi, melainkan sebuah sentuhan kemanusiaan yang menggugah nurani masyarakat kecil khususnya mama-mama Papua dan pedagang kecil yang bertahun-tahun berjuang dalam keterbatasan.

Selama ini, pelaku UMKM OAP hidup dalam kondisi ekonomi yang jauh dari layak. Mama-mama Papua membawa hasil kebun dengan modal seadanya, pedagang kios hanya mampu menjual stok minim, penjahit noken kekurangan bahan, sementara peternak babi bekerja keras tanpa dukungan modal untuk mengembangkan usaha. Semangat mereka tidak pernah padam, tetapi keterbatasan modal menjadi penghalang terbesar.

Karena itu, pengumuman bantuan modal dari Gubernur langsung disambut gelombang sukacita. Di Tolikara, mama-mama Papua menyampaikan syukur yang begitu mendalam. “Kami punya semangat bekerja, tapi modal tidak ada. Sekarang kami bisa tambah barang untuk jualan,” ujar seorang mama di Karubaga. Banyak pelaku usaha langsung menyiapkan rencana menambah stok, memperbaiki kios, dan mengembangkan usaha rumahan.

Di Jayawijaya, respons serupa muncul dari generasi muda. Mereka memandang bantuan ini sebagai titik awal untuk membangun usaha mandiri. “Kami bisa bersaing kalau ada modal. Ini kesempatan anak muda Papua,” kata seorang pemuda Wamena. Usaha kuliner, barbershop, jasa digital, hingga bengkel kecil mulai direncanakan secara lebih serius.

Di Lanny Jaya, sambutan masyarakat bahkan lebih emosional. Banyak mama-mama menangis saat menerima modal. Mereka merasa usaha kecil yang selama ini dijalankan dengan susah payah akhirnya dihargai. “Akhirnya pemerintah melihat kami,” ujar seorang mama sambil menggenggam modal yang akan digunakan untuk membeli bahan pangan, peralatan dapur, dan bahan baku noken.

Di Yalimo, pelaku usaha menyebut modal ini sebagai bukti keberpihakan pemerintah. “Modal ini membuat kami yakin untuk maju,” ungkap seorang pedagang. Sementara di Yahukimo, para penjual hasil bumi melihat kesempatan besar untuk memperluas usaha dan memenuhi kebutuhan produksi secara berkelanjutan.

Di Mamberamo Tengah, geliat ekonomi kampung mulai terasa. Kios menambah stok, penjahit noken meningkatkan produksi, dan mama-mama membeli lebih banyak hasil dari petani. “Kami semua bergerak bersama,” tutur seorang pemilik kios yang merasakan peningkatan daya beli masyarakat.

Situasi serupa terlihat di Nduga, di mana modal usaha ini menjadi titik pemulihan ekonomi setelah banyak usaha berhenti akibat situasi keamanan. “Ini membantu kami memulai lagi,” kata sejumlah pelaku UMKM. Di Pegunungan Bintang, para pembuat kerajinan, pedagang hasil bumi, dan pelaku usaha rumah tangga juga menyambutnya dengan penuh semangat. “Dengan modal ini kami bisa stabilkan usaha,” ujar seorang mama pembuat kerajinan.

Dari seluruh kabupaten tersebut, muncul pola tanggapan yang sama: rasa syukur mendalam, bangkitnya rasa percaya diri, serta tekad kuat untuk bersaing dalam dunia usaha. Banyak pelaku UMKM menyebut modal ini sebagai amanah, bukan sekadar bantuan. “Pemerintah sudah buka pintu. Sekarang kami yang jalan,” kata mereka.

Pernyataan Gubernur bahwa “pemerintah hadir bukan untuk memberikan bantuan konsumtif, tetapi membuka peluang” diterima masyarakat dengan penuh penghargaan. Warga memahami bahwa kesempatan yang diberikan harus dimanfaatkan untuk memperbaiki kehidupan keluarga dan membangun usaha yang mandiri.

Kini, ekonomi kampung bergerak lebih dinamis. Pedagang membeli lebih banyak barang dari petani, penjahit noken menerima pesanan lebih besar, tukang masak meningkatkan kapasitas produksi, peternak babi memperluas kandang, dan kios-kios menambah stok. Efek berantai ini memperkuat fondasi ekonomi lokal.

Meski penuh syukur, masyarakat tetap berharap adanya pendampingan yang berkelanjutan, mulai dari pelatihan usaha hingga akses pasar yang lebih luas. Mereka ingin usaha mereka berkembang, bukan sekadar bertahan.

Pada akhirnya, respon pelaku UMKM OAP dari delapan kabupaten Papua Pegunungan menyampaikan satu pesan kuat: ketika rakyat diberi kepercayaan, mereka bangkit; ketika diberi modal, mereka bergerak; dan ketika diberi kesempatan, mereka membuktikan kemampuan mereka. Bantuan ini bukan hanya modal usaha ini adalah modal harapan, martabat, dan masa depan. Papua Pegunungan sedang bangkit bukan dari gedung-gedung besar, tetapi dari tangan-tangan pelaku UMKM yang kini memegang harapan baru dan tekad untuk meningkatkan kesejahteraan secara bermartabat. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *