Jayawijaya — Sebanyak 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat Kampung mengikuti kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang berlangsung pada 11—13 September 2025 di Aula Kampung Honelama 2, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. Kegiatan ini menghadirkan Anggota DPD/MPR RI Dapil Papua Pegunungan, Arianto Kogoya, S.E., sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Arianto Kogoya menekankan pentingnya penguatan toleransi antar suku dan agama sebagai fondasi utama menciptakan perdamaian di Papua Pegunungan. Menurutnya, sikap saling menghormati dalam keberagaman merupakan implementasi nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, yang seharusnya menjadi pedoman hidup bermasyarakat.
“Toleransi adalah kunci utama dalam menciptakan perdamaian. Ketika setiap suku dan pemeluk agama saling menghargai, maka konflik dapat diminimalkan, dan persatuan dapat dibangun,” ujar Arianto dalam sesi pemaparan.

Ia menjelaskan bahwa interaksi toleransi antar suku dan agama dapat diperkuat melalui integrasi nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam konteks Papua Pegunungan, integrasi ini berfungsi sebagai jembatan antara kearifan lokal dan nilai kebangsaan.
Arianto Kogoya menegaskan bahwa Pancasila, melalui Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Persatuan Indonesia, menjadi landasan penting dalam menghormati perbedaan keyakinan dan identitas suku. UUD 1945, khususnya Pasal 28 dan 29, turut memberikan jaminan hukum terhadap kebebasan beragama dan perlindungan hak-hak minoritas.
Selain itu, penguatan semangat kebangsaan melalui NKRI dipandang mampu menyatukan perbedaan identitas kesukuan di wilayah adat yang beragam seperti Papua Pegunungan. Sementara itu, nilai Bhinneka Tunggal Ika hadir sebagai pengingat bahwa perbedaan merupakan kekayaan yang harus dijaga, diperkuat melalui pendidikan, musyawarah adat, dan kearifan lokal seperti semboyan “Kitong Semua Bersaudara.”
“Kita ingin memastikan bahwa setiap suku, agama, dan identitas lokal dapat hidup berdampingan tanpa kehilangan jati dirinya. Inilah bentuk perdamaian yang berkelanjutan dan terlembaga,” tambahnya.
Kegiatan sosialisasi ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta yang berharap wawasan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperkuat keharmonisan sosial di Jayawijaya dan Papua Pegunungan secara luas. (4RI)








